Sumber gambar: freepik.com
Hari Guru Nasional di Indonesia diperingati setiap tanggal 25 November. Mari kita mengingat kembali semboyan dari tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”, yang berarti “Di depan, seorang pendidik harus bisa menjadi teladan, di tengah murid, pendidik harus bisa memberikan ide, dan di belakang, seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan”, maka menjadi seorang guru tidaklah mudah.
Beratnya perjuangan dalam melaksanakan tugas, tidak membuat guru-guru inspiratif berikut terhenti. Dengan keterbatasan yang ada, mereka tetap semangat untuk mencerdaskan generasi muda Indonesia. Siapa sajakah mereka?
1. Een Sukaesih
Een Sukaesih adalah seorang guru yang berasal dari Sumedang, Jawa Barat. Een Sukaesih mengenyam pendidikan di IKIP (saat kini bernama UPI) Bandung. Setelah penyakit Rheumatoid arthritis menyerang tubuhnya, Een Sukaesih harus menjalani hari-harinya di atas tempat tidurnya. Dalam keterbatasan, semangatnya tidak surut. Semasa hidupnya, Een mengabdikan diri mengajar anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Tidak sedikit anak didik Een tumbuh jadi siswa-siswi berprestasi.
2. Ahmad Haris
Pada tahun 2018, Ahmad Haris, guru Madrasah Ibtidaiyah di pulau Buaya, Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi pusat perhatian. Videonya yang berdurasi sekitar 2.20 menit menyebar luas di dunia maya. Video tersebut berisi perjuangannya berenang menyeberangi lautan menuju sekolah untuk mengajar anak didiknya. Ahmad Haris memilih berenang karena tidak tersedianya kapal motor yang secara reguler melayani pelayaran antara pulau tempat ia tinggal dengan pulau lokasi sekolah ia mengajar. Ahmad berenang mengarungi laut menuju tempatnya mengajar sejak awal ia menjadi guru, yaitu tahun 2002.
3. Sarwenda Kongtesa
Sarwenda Kongtesa adalah satu dari banyaknya anak muda yang mengabdi untuk pendidikan Indonesia. Satu hal yang unik dari Sarwenda, ia memilih untuk mengajar di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal di Indonesia, salah satunya adalah di Pulau Adonara. Ketertarikan Sarwenda terhadap pendidikan di daerah tersebut, muncul ketika ia masih mengeyam pendidikan semester 7 di Universitas Negeri Manado. Pengabdiannya terus berlanjut, hingga setelah lulus. Berdasarkan seminar di kanal Pusdiklat PSDM Kemenkeu tahun 2020, Sarwenda pun tengah mengabdikan diri di desa Buruakol, Kecamatan Mangoli Tengah, Maluku Utara.
4. Mohamad Hikmat
Mohammad Hikmat adalah seorang guru difabel di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Hikmat yang berasal dari Sukabumi ini, adalah seorang penyandang disabilitas. Di tengah keterbatasannya, ia tetap semangat untuk mengajari murid-muridnya. Di saat pandemi datang, ia mencari cara agar proses belajar mengajar tetap berlangsung dengan baik. Hikmat bahkan membuat metode pembelajaran berbasis musik, demi mensosialisasikan pentingnya kebiasaan baru dalam menghadapi Covid-19.
Pendidikan yang layak menjadi fokus penting dalam menjalankan pembangunan di Indonesia. Melalui Hari Guru Nasional, perhatian terhadap guru-guru inspiratif diharap dapat lebih banyak dilakukan. Tentu hal ini dapat menjadi sebuah motivasi untuk mereka yang berjuang dengan sekuat tenaga untuk mencerdaskan anak bangsa.